Rabu, 27 Januari 2016

Seperti Itu, Karena Memang Harusnya Seperti Itu.


Tadi sore saya ke gramedia.. melihat satu keluarga ayah ibu anak keluar dari mobil di parkiran lalu berjalan bersama masuk menuju toko, ketika mereka sudah hilang dari pandangan saya melihat mobilnya, bagus.. duh hati saya langsung berdesir.. enak kali ya jadi orang kaya.. naik mobil, menikmati suasana hari libur ketempat yang diinginkan bareng orang yang disayangi, hari itu saya juga ke gramedia, naik sepeda, dan saya ke gramedia bukan untuk ke lantai atas yang berisi buku-buku baru yang harganya rata-rata lima puluh ribu itu.. saya cukup puas menyusuri tumpukan buku obral terbitan tahun lama di lantai dasar yang menyatu dengan parkiran, disitu untuk satu buku yang dijual di lantai atas, bisa dapat 3 buku. Sudah lama saya menyambangi toko buku terbesar di solo ini, dan selama itu pula nyaris saya tak pernah pergi ke lantai atas.. buat apa, cuma bikin saya mupeng.. saya tak punya duit untuk mengambil satu barang disana.. ah kembali ke orang kaya tadi, saya juga pernah menemui orang yang serupa, ketika saya sedang berada di beranda masjid agung selesai shalat, datanglah sekeluarga yang nampak bahagia, keluar dari mobil plat luar kota, anaknya dua, satu laki satu perempuan, menenteng sebuah kamera dslr, berfotolah mereka cepret-cepret habis itu melanjutkan perjalanan.. duh bahagianya..

Saya mana bisa seperti itu.. ah.. kenapa saya harus seperti itu.. sore tadi sepulang dari gramedia saya nonton televisi, kebetulan ada acara kartun upin-ipin.. terhenyak saya menyaksikan episode dua anak kembar itu yang nelangsa, tak bisa mengimbangi permainan kawan-kawannya yang punya mobil-mobilan remote control, kedua anak itu merengek minta dibelikan.. pada akhirnya saya lupa caranya yang pasti kedua anak tersebut berhasil mendapatkan mobil mainan yang mereka sukai, walau tetap tak lebih bagus dari punya ehsan yang memang terkenal anak dari keluarga berada.. upin dan ipin ini film yang sangat mendidik, datang dari keluarga pas-pasan namun entah saya menyebutnya apa namun bahagia...

Saya masih menyimpan rasa jika suatu saat saya bisa beli mobil, beli ini-itu sesuai keinginan saya, tapi... kembali lagi apa iya itu akan membuat saya bahagia...? kalau ternyata tidak.. lantas kenapa saya harus begitu menggebu mendambakannya... Saya rasa Tuhan tahu, Tuhan ngerti rancangan otak manusia, tentang keinginan yang tak pernah akan terpuaskan, bagaimana kalau saya memulai melihat apa yang pernah saya impikan dan sekarang sudah terpunya.. sekecil apapun itu.. mampukah saya menjaganya... bahagia dengannya.... seperti itu, karena memang harusnya seperti itu.